Minggu, 14 Februari 2010

ETNOFARMASI


Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 % masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 – 4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat (Farnsworth et al,1985).

Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119 senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh.

Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z. Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USA untuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai tanaman yang diduga kuat digunakan oleh suatu masyarakat dalam pengobatan penyakit tertentu. Perusahaan akan mempekerjakan 1 sampai 2 ahli medis untuk berkunjung ke afrika, kalimantan, kaledonia baru atau area eksotis yang lainnya, serta bermukim di masyarakat sekitar selama hampir 1 tahun atau lebih.

Selama periode tersebut ahli medis akan melakukan observasi tabib dalam mengobati pasien dan kemudian melakukan diagnosa sendiri pada tiap pasien serta melakukan pengamatan lanjutan terhadap dampak pengobatan. Apabila terdapat peningkatan kesehatan (kesembuhan) maka selanjutnya dicatat tanaman manakah yang digunakan dalam mengobati pasien. Tanaman tersebut kemudian dikoleksi dan dikirim ke laboratorium riset perusahaan farmasi ABC yang bertempat di Hearth Break, Colorado untuk dilakukan etnofarmasisan lebih lanjut.

Hutan tropis memiliki jumlah spesies tanaman yang luar biasa besar. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan potensial untuk sumber obat. Jumlah tanaman yang telah dideskripsikan kira-kira 150.000-250.000 spesies. Ilmuan menyadari bahwa studi mengenai budaya asli pada suatu wilayah dapat memberikan kunci yang bernilai dalam pencarian obat untuk peningkatan kesehatan. Untuk membuka rahasia hutan tropis maka dibutuhkan seorang spesialis yang terlatih dengan baik dan berpengalaman di alam. Oleh karena itu dibutuhkan seorang etnofarmasis.

Untuk menemukan tanaman yang potensial seorang etnofarmasis harus berpengetahuan tidak hanya tentang tanaman tetapi juga memahami dinamika budaya. Di sisi lain, etnofarmasis juga dapat membantu memahami dampak musnahnya hutan tropis yang akan menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanaman tropis serta budaya asli (konservasi).

DEFINISI & RUANG LINGKUP

Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu masyarakat lokal (etnik).. Etnofarmasis merupakan orang yang mengeksplorasi bagaimana suatu tanaman digunakan sebagai pengobatan. Hal ini terkait dengan studi mengenai sediaan obat yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks kultural.

Etnofarmasi meliputi studi-studi:

1. Identifikasi dan etnotaksonomi bahan alam yang digunakan dalam pengobatan (etnobiologi medis: etnofarmasi, etnomikologi, etnozoologi).

2. Preparasi tradisional sediaan farmasi (etnofarmasetika).

3. Evaluasi aksi farmakologis suatu preparasi pengobatan tertentu (etnofarmakologi).

4. Efektivitas klinis (Etnofarmasi klinis).

5. Aspek medis-sosial yang terkait dalam penggunaan obat (antropologi kesehatan).

6. Kesehatan masyarakat dan farmasi praktis yang membahas penggunaan oleh publik dan atau re-evaluasi obat-obatan.

Etnofarmasi seringkali salah disamakan dengan etnofarmakologi yang hanya fokus pada evaluasi farmakologis pengobatan tradisional.

TATA LAKSANA EKSPLORASI ETNOFARMASI

Persiapan untuk ekspedisi dimulai dengan mengoleksi pengetahuan secara rinci mengenai masyarakat lokal. Etnofarmasis mempersiapkan studi wilayah mengenai epidemologi, pengobatan tradisional, budaya masyarakat dan ekologi lingkungan. Untuk memprioritaskan tanaman yang dikoleksi maka sejumlah data base dicari untuk menentukan semua informasi etnomedisinal, biologi dan kimia dari tanaman yang diketahui digunakan di wilayah tersebut. Data juga dikumpulkan dari rumah sakit lokal dan program masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Informasi tersebut disatukan dalam program kerja lapangan untuk tahap selanjutnya.

Di lapangan, etnofarmasis mempelajari tentang tanaman yang digunakan oleh masyarakat asli. Etnofarmasis mendokumentasikan pengetahuan tentang tanaman yang bermanfaat dan yang beracun, menyeleksi dan mengoleksi tanaman untuk budidaya dan perlindungan. Proses koleksi tanaman menggunakan metode standar meliputi preparasi spesimen tanaman (herbaria). Tim etnofarmasis mendeskripsikan penyakit kemudian dikomunikasikan dengan tabib tradisional dengan melakukan proses wawancara. Hal ini difokuskan pada tanda-tanda dan gejala umum dan yang mudah dikenali. Apabila penyakit telah dikenali dan digambarkan secara sama maka pengobatan dengan tanaman untuk penyakit tersebut dicatat secara rinci oleh etnofarmasis. Jika beberapa tabib menyatakan hal yang sama maka tanaman tersebut kemudian dikoleksi.

Tanaman yang dikoleksi kemudian diuji laboratorium menggunakan berbagai peralatan seperti HPLC. Tujuannya untuk melakukan skrining metabolit tanaman dan mendapatkan senyawa murni. Senyawa tersebut kemudian diuji menggunakan metode in vitro. Apabila uji biologis berhasil maka senyawa tersebut strukturnya ditentukan. Selanjutnya dilakukan uji pada hewan untuk menilai keamanan dan keampuhannya sehingga dapat dilakukan uji klinis pada manusia.

Sumber : Diktat Diklatsar II MPA Pring Kuning 2008



Artikel Terkait Lainnya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar